KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H
KHUTBAH IDUL ADHA 1434 H
PENGORBANAN DAN CINTA ADALAH PUNCAK
KEIMANAN
Oleh
: Komarudin, MS. S.Pd.I
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاسِعِ الْعَظِيْمِ الْبِرِّ
الرَّحِيْمِ خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ وَأَنْزَلَ الشَّرْعَ فَيَسَّرَهُ
وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَحْمَدُهُ عَلَى جَلاَلِ نُعُوْتِهِ وَكَمَالِ صِفَاتِهِ
وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَسَوَابِغِ نِعْمَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِي أُلُوْهِيَّتِهِ
وَرُبُوْبِيَّتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
الْمَبْعُوْثُ إِلَى جَمِيْعِ بَرِيَّتِهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ سُنَتِهِ.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Ma’asyirol
Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Adha Rahimakumullah.
Marilah
kita tingkatkan Iman dan taqwa kepada Allah karena hanya dengan taqwa kita akan
mendapatkan ampunan, pertolongan dan surgaNya yang agung.
Kita
sekarang berada pada bulan Dzulhijjah bulan keduabelas dari bulan Qamariyah,
satu dari empat bulan yang disebut dengan bulan-bulan haram dan satu dari tiga
bulan haji. Kita rasakan bersama betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah dan
sejuta harapan telah tertanam dalam di lubuk hati, manakala saudara-saudara
kita meninggalkan kampung halamannya terbang menuju kiblat umat Islam sedunia,
memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak
ada ibadah seagung ibadah haji, tidak ada sesuatu agama yang memiliki konsep
ibadah seperti konsep haji Islam. Haji mengandung seribu makna, merangkum
sejuta hikmah. Karena itu haji merupakan tiang kelima dari kelima pilar utama
dalam Islam. Dan merupakan bukti keimanan dan cinta serta kepasrahan seorang
muslim kepada Rabbul Izzati.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Adha
Rahimakumullah.
Sungguh
kita takkan pernah sanggup mendaki sampai kepuncak gunung iman, kecuali dengan
satu kata: CINTA. Iman kita hanyalah sebuah kumpulan keyakinan semu dan beku,
tanpa nyawa tanpa gerak, tanpa daya hidup dan tanpa daya cipta, kecuali ketika
ruh cinta meyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak tanpa henti,
penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dalam mengalahkan diri sendiri,
angkara murka atau syahwat.
Iman itu laut, Cintalah Ombaknya.
Iman itu api, Cintalah Panasnya.
Iman itu angin, Cintalah Badainya.
Iman itu salju, Cintalah Dinginnya.
Iman itu sungai, Cintalah Arusnya.
Seperti itulah cinta bekerja ketika
kita harus memenangkan Allah atas diri kita sendiri, atau memenagkan iman atas
syahwat.
Sungguh
ini pula yang terjadi pada saudara-saudara kita yang sedang berkurban dan
berjuang untuk memenuhi panggilan Allah. Mereka telah memenangkan iman dari
syahwatnya. Tatkala seorang haji tiba di ka’bah, dan sebelumnya dia sudah
mengetahui bahwa pemilik rumah (ka’bah) tidak berada di sana, maka dia berputar
mengelilingi rumah : Thawaf mengisyaratkakn bahwa ka’bah bukanlah maksud dan
tujuan. Tetapi tujuannya adalah pemilik rumah (Rabbul Ka’bah). Begitu
pula mencium hajar aswad, bukan berarti dan bukan kerena menyembah batu,
melainkan karena mengikuti sunnah rasul. Karena beliaulah yang mencontohkan
kita untuk melakukan yang demikian. Inilah pembeda antara musyrik dan muslim.
Dulu orang musyrik mencium batu karena untuk menyembah batu. Tetapi sekarang
Muslim mencium batu untuk mengikuti sunnah rasul yang diantara hikmahnya adalah
seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu .
“Hajar
Aswad adalah bagaikan tangan kanan Allah dimuka bumi ini. Maka barangsiapa yang
menjabatnya (menyentuhnya) atau menciumnya maka seolah-olah ia menjabat
(tangan) Allah dan mencium tangan kananNya.”
Karena
itu ketika menyentuhnya seorang haji harus mengingat bahwa ia sedang berbai’at
kepada Allah (pencipta dan pemilik batu yang telah memerintah untuk
menyentuhnya). Berbai’at untuk selalu taat dan tunduk kepadaNya, dan harus
ingat barang siapa yang menghianati bai’at maka ia berhak mendapatkan murka dan
adzab Allah.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol
Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Adha Rahimakumullah.
Maka
barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan
mendapatkan haji yang mabrur, yang diantara tandanya adalah sepulang haji ia
tidak akan mengulang maksiat, dosa-dosa yang lalu, ia akan tampil sebagai
muslim yang shalih dan muslimah yang shalihah.
Maka sebuah negara apabila semakin banyak muslim dan muslimah yang taat, yakinlah negara itu akan semakin aman makmur dan sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi, perjudian dan pencurian akan sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi. Apalagi jika yang pergi haji adalah Bapak Bupati, para Mentri dan Pak Polisi.
Maka sebuah negara apabila semakin banyak muslim dan muslimah yang taat, yakinlah negara itu akan semakin aman makmur dan sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi, perjudian dan pencurian akan sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi. Apalagi jika yang pergi haji adalah Bapak Bupati, para Mentri dan Pak Polisi.
Sepulang
haji yang kikir akan menjadi dermawan, yang kasar akan menjadi penyayang dan
yang biasanya menyebar kejahatan berubah menebar salam. Itu semua manakala
hajinya mabrur. Namun sungguh ironis kenyataannya adalah bagaikan siang yang
dihadapkan dengan malam, semuanya bertolak belakang, mereka tidak mengambil
manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu Hajjah. Yang
korup tetap korup, yang artis tetap artis, yang lintah darat tetap lintah
darat, yang jahat tetap jahat.
Maka
tidak heran jika Rofats, Fusuq dan Jidal marak dimana-mana
sampai terjadi krisis moral, krisis nilai, krisis kemanusiaan, krisis politik,
lingkungan, ekonomi dan sosial.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol
Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Adha Rahimakumullah.
Fenomena
diatas layaknya menjadi pelajaran bagi kita yang belum berkesempatan untuk
melaksanakannya pada tahun ini, mari kita sama-sama luruskan niat dan kembali
belajar serta merenungi hikmah-hikmah agung dari ‘Idul Adha. Diantara banyak
hikmah dari hari raya idul adha ini adalah mengingatkan kepada kita bahwa
ajaran Islam memang harus ditegakkan dimuka bumi ini. Dan untuk menegakkannya
Idul adha juga mengingatkan akan pentingnya berkurban dalam kehidupan kita
sebagai muslim yang berkewajiban menegakkan nilai-nilai Islam.
Dalam
konteks perjuangan dijalan Allah, pengorbanan menjadi lebih penting lagi karena
memang tidak mungkin perjuangan dapat berjalan dengan baik tanpa pengorbanan
dari kaum muslimin. Hal ini juga lah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw
dan para sahabatnya. Al-Qur’an mengingatkan kepada kita agar jangan sampai
harta dan anak membuat kita lupa dari mengingat Allah Swt, Allah berfirman:
Artinya:
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah
orang-orang yang merugi” (al-Munafiqun:9).
Berdasarkan
gambaran diatas maka, menajdi jelas bagi kita bahwa berkorban memang merupakan
suatu keharusan bagi kita. Lalu hal-hal apa saja yang harus kita tingkatkan
agar kita dapat berkorban dijalan Allah?
Pertama, Merenungi serta menghitung betapa
banyak nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Kita bisa melihat,
menghirup udara yang segar, bisa berbicara, bisa mendengar, bisa berjalan, dan
sebagainya, kesemuanya merupakan sebagian dari nikmat Allah yang harus kita
syukuri. Berkorban dijalan Allah merupakan salah satu wujud dari rasa syukur
kita kepada Allah Swt. Allah berfirman:
Artinya
: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya” (Ali Imran : 92).
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyirol Muslimin wal Muslimat Sidang ‘Idul Adha
Rahimakumullah.
Hal
Kedua yang dapat kita lakukan adalah,
menghindari pembelanjaan yang sia-sia. Sungguh bagi seorang muslim yang beriman
apa yang dilakukannya harus berguna, tak boleh sia-sia, termasuk dalam hal
pembelanjaan dan penggunaan harta. Hal itu pulalah yang menjadikan seseorang
dapat mencapai keberuntungan. Dan tidak masuk dalam golongan orang-orang yang
menjadi saudara syaitan karena melakukan pemborosan.
Ketiga, Meneladani orang-orang yang
berkurban dijalan Allah, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan
para sahabatnya serta pengikut-pengikut beliau.
Dan
yang Keempat yang harus dilakukan oleh seorang muslim agar
dapat berkorban dijalan Allah adalah dengan menghilangkan sifat materialistis
dari jiwa kita masing-masing. Materialism menjadikan seseorang begitu cinta
kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Baik dan buruk, kuat dan lemah seringkali
diukur dengan patokan materi, menguntungkan atau tidak secara materi.
Allahu
Akbar 3x Walillahilhamdu.
Bila
keempat hal ini dapat kita amalkan insyaAllah kita akan dimudahkan oleh Allah
untuk senantiasa berkorban demi kejayaan Islam. Karena sungguh pengorbanan kita
belum sebanding dengan yang dicontohkan oleh Nabiyullah Ibrahim AS, apa lagi
bila dibandingkan dengan nikmat-nikamat yang telah dikaruniakan Allah kepada
kita. Akhirnya semoga kita termasuk kedalam kelompok orang-orang yang memiliki
semangat perjuangan bagi tegaknya nilai-nilai Islam. Dan mudah-mudahan Ibadah
kurban yang kita lakukan bukan hanya mejadi ritual melaikan membekas dihati dan
menambah keimanan dan cinta kita kepada Allah Swt.
Artinya: “Maka tatkala anak itu
sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
"Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
Termasuk orang-orang yang sabar". (ash-Shaffat : 102)
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ
عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ
اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ
فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Komentar